Keinginan Sederhana Bayu

   Obor Asian Games 2018 akan menyapa Kepulauan Riau pada 1 dan 2 Agustus 2018. Hari pertama, api obor akan tiba di Kabupaten Siak. Sedangkan hari kedua, 2 Agustus, giliran Kota Pekanbaru yang disapa. Ya, Pekanbaru adalah kota dimana Bayu tinggal. Bayu adalah seorang anak laki-laki yang tinggal di bawah jembatan di Pekanbaru. Bayu berasal dari keluarga yang hidup serba kekurangan.
   Ia tinggal bersama dengan ayahnya. Ibunya sudah lama meninggal, tepatnya pada saat Bayu berumur 6 tahun karena menderita penyakit kanker darah. Ayah Bayu adalah orang yang keras dan tegas. Dari ia lahir, ia sudah harus terbiasa dengan sikap ayahnya yang seperti itu.
   Bayu tidak diperbolehkan sekolah sejak ibunya meninggal dunia. Ayahnya menyuruhnya untuk kerja di pinggir jalan. Banyak pekerjaan yang dilakukan Bayu di pinggir jalan sana. Mulai dari mengamen, menyemir sepatu, menjual barang-barang asongan, menjual koran, bahkan sampai pada suatu saat ia terpaksa untuk mengemis.
   Pada suatu hari, Bayu sedang mengambil koran dari seseorang penjual koran di pasar. Ia melihat di koran tersebut ada berita yang membuat hatinya seketika senang. Ia melihat bahwa akan ada obor Asian Games yang akan menyapa Kota Pekanbaru. Bayu tahu mengenai obor Asian Games akan berkeliling ke seluruh Indonesia, tetapi dia tidak tahu bahwa lusa obor tersebut akan menyala di kota tempat tinggalnya itu.
   Bayu seketika menjadi sangat gembira. Ia tidak sabar untuk mengatakan ini pada ayahnya, tetapi ia tetap harus menjual koran-koran itu dahulu. Saat matahari mulai tenggelam, Bayu sampai ke rumahnya. Ia melihatnya ayahnya yang sedang tertidur pulas. Ya, ayah Bayu adalah orang pemalas yang hanya bisa mengandalkan Bayu untuk bekerja dalam usia yang masih sangat muda. Bayu membangunkan ayahnya dengan lembut, tetapi yang terjadi justru ia mendapat bentakan dari ayahnya. Itu sudah biasa bagi seorang Bayu.
   Bayu mulai berbicara, “Yah, boleh aku pergi untuk melihat obor…”. “Tidak!!” teriak ayahnya memotong pembicaraan Bayu. “Yah aku mohon, Yah. Kali ini saja”. Ayah menjawab sambil bangun dan pergi keluar “Ayah bilang tidak ya tidak”. Itu sangat menyakitkan hati Bayu. Obor Asian Games sangat jarang di Indonesia bahkan di Indonesia ini yang kedua. Belum tentu tahun-tahun kedepan Asian Games bisa ada di Indonesia lagi.
   Besoknya Bayu melakukan aktivitas biasanya yaitu menjual koran. Ia berkeliling hingga ke jalan raya yang penuh dengan kendaraan. Hingga Bayu tiba di satu mobil yang berhenti di pinggir jalan depan sebuah toko. Ia ingin sekali mempromosikan korannya dengan cara baru. Akhirnya ia berkata kepada si pengendara mobil, “Pak, besok aka nada obor Asian Games yang datang ke kota ini. Ini baru kedua di Indonesia dan kita beruntung mereka datang ke Pekanbaru. Semua infonya ada di koran ini, Pak”. Otomatis si pengendara membuka kacanya mendengar Bayu berbicara. “Wah, adek ini umur berapa?”, “Sudah pintar sekali berbicara ya..”. Bayu tersenyum malu, “ Alm. Ibu saya pak yang mengajarkan saya bahwa kita harus pintar berbicara karena itu akan sangat berguna jika saya sudah besar nanti”. “Memang adek ingin jadi apa saat sudah besar nanti?” tanya bapak itu lagi. Bayu menjawab dengan lantang, “Presiden, Pak”. Si pengendara mobil tersontak kaget dan bangga mendengar cita-cita anak laki-laki tersebut.
   “Saya akan melihat pertunjukan obor itu, adek ikut melihatnya?”. Bayu menunduk, “Tidak, Pak. Ayah saya tidak mengizinkan. Saya harus bekerja untuk makan sehari-hari”. “Dan karena Ayah saya tidak bekerja, Pak” lanjut Bayu. Pengendara itu tersenyum seakan dia tahu harus berbuat apa. “Naik ke mobil saya” kata pengendara itu. Bayu kaget dan tanpa berpikir panjang ia naik. Bapak itu membawa Bayu ke rumah Bayu. Ternyata Bapak itu ingin izin ke ayahnya Bayu agar mengizinkan Bayu untuk ikut bersamanya melihat obor tersebut. Bayu yang ada di luar kamar ayahnya, terus memperhatikan ayahnya yang sedang berbicara dengan bapak tersebut.
   Awalnya ayahnya kekeh tidak mengizinkan, tetapi karena suatu perkataan bapak itu akhirnya ayah Bayu mengizinkan. Bayu sendiri pun tidak tahu apa yang bapak itu bicarakan sampai ayahnya mengizinkannya. Tetapi Bayu sangat senang. Ia sangat berterimakasih kepada bapak tersebut. Terutama kepada Alm. ibunya karena ibunyalah yang mengajarkan cara berbicara yang baik kepada orang lain jika ingin menjadi seorang pemimpin termasuk pemimpin negara. Besoknya bapak itu datang ke rumah Bayu dan menjemputnya untuk melihat obor Asian Games seperti keinginan sederhana Bayu dari dua hari yang lalu. 

Comments

Popular Posts